Menuju konten utama

Ketika Doktor Marwah Terpincut Dimas Kanjeng

Pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi tercatat mencapai 23 ribu orang. Salah satunya Marwah Daud Ibrahim, doktor bidang Komunikasi Internasional dari The American University Washington DC, yang dipercaya menjadi Ketua Yayasan Dimas Kanjeng sekaligus ketua bidang program.

Ketika Doktor Marwah Terpincut Dimas Kanjeng
Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di perbatasan Desa Wangkal dan Desa Gadingwetan, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu,(28/9/2016). Padepokan seluas 6 hektar ini terdapat rumah Taat Pribadi, masjid, pendapa, dan kamp tempat tinggal pengikut Taat. [TIRTO/Kontributor/Hari]

tirto.id - Sudah beberapa hari ini, Marwah Daud Ibrahim mondar-mandir di Surabaya, Jawa Timur. Salah satu tokoh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) ini menjadi pusat perhatian karena menjadi Ketua Yayasan Dimas Kanjeng, padepokan yang sempat dianggap beraliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo.

Marwah sibuk karena Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pemilik padepokan Dimas Kanjeng, kini dicokok polisi, setelah dituding menjadi otak dua kasus pembunuhan berencana. Taat Pribadi dijemput dari padepokan dengan kawalan ratusan anggota polisi dari Kepolisian Daerah Jawa Timur, pada Kamis (22/9/2016). Water canon bahkan disediakan buat mengantisipasi kemungkinan rusuh akibat ulah para santrinya.

Marwah Daud Ibrahim sudah delapan tahun bergabung dengan Padepokan Dimas Kanjeng, perkumpulan lintas agama, di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Perlu waktu setahun baginya untuk memantapkan niatnya bergabung. Marwah mengaku, sudah saatnya dia percaya dengan berbagai hal-hal berdimensi spiritual.

Pada 2011, Marwah mulai serius di padepokan. Awal perkenalannya dengan Padepokan Dimas Kanjeng bermula dari cerita salah seorang teman seperjuangannya dalam memberdayakan masyarakat. Saat itu, teman Marwah memperkenalkan Dimas Kajeng Taat Pribadi sebagai sosok yang dianggap bisa membantu mencari solusi atas berbagai program pemberdayaan masyarakat yang sedang mereka laksanakan.

Foto-foto Taat Pribadi “menghasilkan” uang dipertunjukkan kepada Marwah yang memang tak lantas percaya begitu saja. Dia pun meminta untuk bertemu langsung dengan Kanjeng Taat Pribadi.

Beberapa kali mantan asisten peneliti Bank Dunia itu pun bertolak ke Probolinggo untuk menemui Taat Pribadi. Hingga akhirnya, dia bisa juga bertemu dengan Taat Pribadi. Kesan pertamanya, Taat terlihat santun, halus dan sangat alim. Saat itu, Marwah diperlihatkan bagaimana hanya dengan mengusap-usapkan tangan ke belakang pinggang, segepok uang muncul di tangan Taat Pribadi.

“Sambil bicara, tiba-tiba tangannya digerakkan ke belakang, tiba-tiba keluar segepok duit. Kalau ditanya darimana uangnya? Teman saya mendefinisikannya sebagai transdimensi. Sebuah ilmu baru yang Allah turunkan,” kata Marwah kepada tirto.id, pada Jumat (30/9/2016).

Marwah sampai saat ini masih meyakini bahwa kesaktian yang dimiliki Taat Pribadi sebagai ilmu yang diberikan secara langsung oleh Tuhan. “Apa yang saya lihat dan dengar, saya yakin pada waktunya kebenaran akan terbukti. Saya tidak memaksa orang yang tidak percaya menjadi yakin. Saya juga tidak bisa memaksa menjadi tidak yakin,” ujarnya.

Pernah Ditegur Habibie

Taat Pribadi berhasil memikat doktor jebolan kampus di Amerika itu. Ia memang agresif membentuk citra diri untuk memikat pengikut-pengikutnya. Salah satunya, dia berhasil memperoleh gelar sebagai raja dari Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI).

Pada Senin, 11 Januari 2016, Dimas Kanjeng dinobatkan sebagai Raja Anom yang bergelar Sri Raja Prabu Rajasa Negara. Hal yang perlu diketahui, sebutan Raja Anom kabarnya merupakan gelar bangsawan yang diberikan turun-temurun dalam silsilah Kerajaan Majapahit.

Prosesi penasbihan Dimas Kanjeng sebagai Sri Raja Prabu Rajasa Negara dilakukan di pendopo agung Padepokan Dimas Kanjeng. Sebanyak 24 raja dan sultan dari seluruh penjuru Nusantara dan bahkan Asia Tenggara menghadiri prosesi tersebut. Penobatan disematkan secara langsung oleh Sri Lalu Gedhe Parmanegara selaku Eksekutif Nasional AKKI.

Sejak Taat Pribadi digerebek pada Kamis 22 September lalu, polisi mendata jumlah santri yang menginap di padepokan. Karena jumlahnya mencapai ribuan, hingga Minggu sore (25/9/2016) pendataan masih berlangsung. Santri yang selesai didata lantas dipulangkan ke rumah masing-masing.

Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, pihak kepolisian menetapkan Taat sebagai tersangka karena diduga menyuruh anak buahnya untuk membunuh dua santrinya, yakni Abdul Gani, warga Kraksaan, dan Ismail, warga Situbondo. Keduanya dibunuh karena ditengarai bakal melaporkan praktik penipuan penggandaan uang yang dilakukan Taat Pribadi selama sepuluh tahun terakhir.

Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji mengatakan, kepolisian telah menemukan tiga bungker yang berisi uang di rumah Taat Pribadi. Untuk menguji keaslian uang tersebut, Anton akan menggandeng Bank Indonesia (BI).

“Kami menemukan tiga bungker yang berisi uang. Nanti kita hitung uangnya bersama BI untuk melihat uang itu asli atau tidak. Namun saat ini kita fokus penyidikan pembunuhannya dulu,” kata Anton, di Surabaya, pada Rabu (28/9/2016).

Hal senada juga disampaikan Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri, Brigadir Jendel (Pol) Boy Rafly Amar. Menurutnya, kasus penipuan yang dilaporkan ke Mabes Polri soal pengandaan uang masih terus diselidiki. Boy mengatakan, beberapa alat bukti penguat dugaan penipuan yangdilakukan Taat Pribadi telah dikumpulkan penyidik.

“Sedang berproses semuanya. Semoga bisa cepat selesai, termasuk kasus pembunuhan dan penipuan. Insyaallah kita tuntaskan sampai habis,” ujar Boy, saat ditemui tirto.id, di pelataran Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jumat (30/9/2016).

Boy pun menegaskan, beberapa alat bukti dikumpulkan dari Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, termasuk jubah yang diduga digunakan untuk mengelabui korban. Jubah itu juga digunaakan oleh Taat Pribadi untuk melakukan ritual penggandaan uang.

Menurut sumber tirto.id yang aktif di ICMI, sudah sejak lima tahun ini, Marwah memang terkesan khilaf dan percaya dengan hal-hal yang menurut Marwah sendiri berdimensi spiritual. Habibie, pendiri ICMI, bahkan pernah secara langsung menegurnya. “Pak Habibie pernah marahi di depan saya. Gara-gara program ICMI di Garut yang tidak jauh dari gini-gini,” katanya.

Menurutnya, keterlibatan Marwah di Padepokan Dimas Kanjeng tak bisa dilepaskan dari sosok Ibrahim Taju, sang suami, yang juga menjabat sebagai penasihat di Padepokan Dimas Kanjeng. Ibrahim yang pertama merapat ke Probolinggo. Banyak kolega di ICMI yang mengingatkan Marwah, tetapi diabaikan.

Lalu bagaimana sikap ICMI sendiri?

Jimly Asshiddiqie, Ketua Umum ICMI, menegaskan bahwa apa yang dilakukan Marwah Daud tidak terkait dengan posisinya sebagai Dewan Pakar sekaligus mantan presidium ICMI.

Menurut Jimly, secara organisasi ICMI tidak bertanggung jawab terkait segala hal yang bersifat pribadi. Sebab, hal seperti itu merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing anggota dan pengurus ICMI. “Tindakan Marwah Daud tidak terkait dengan posisinya sebagai anggota Dewan Pakar ataupun Mantan Presidium ICMI," kata Jimly melalui keterangan tertulis, pada Jumat (30/9/2016).

Jimly pun menghimbau kepada para ilmuwan dan cerdik cendekia di negeri ini. “ICMI mengajak dengan segala kesungguhan untuk senantiasa berpikir dan berzikir dengan benar, agar kita dapat menjadi teladan untuk pencerahan kepada umat serta kehidupan bangsa dan kemajuan peradaban ke tingkat yang semakin tinggi,” katanya.

Baca juga artikel terkait KANJENG TAAT PRIBADI atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Indepth
Reporter: Arbi Sumandoyo & Hari Wibowo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho